PENGARUH PEMANASAN GLOBAL
TERHADAP PADA KESEHATAN
1. Pemanasan
global tak hanya berdampak serius pada lingkungan manusia di bumi namun juga
terhadap kesehatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan tahunan di
Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul diidentifikasi
terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan hutan,
perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta kerusakan
ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama maupun baru.
Berbagai penyakit yang ditimbulkan parasit juga meningkat terutama di wilayah
yang sering mengalami kekeringan dan banjir.
- Malnutrisi mengakibatkan kematian 3,7 juta jiwa per tahun, diare mengakibatkan kematian 1,9 juta jiwa, dan malaria mengakibatkan kematian 0,9 juta jiwa.
- Suhu yang lebih panas juga berpengaruh pada produksi makanan, ketersediaan air dan penyebaran vektor penyakit. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pemanasan global (global warming) akan banyak berdampak bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Perubahan temperatur dan curah hujan yang ditimbulkan memberikan kesempatan berbagai macam virus dan bakteri penyakit tumbuh lebih luas. WHO mengatakan, selain virus dan bakteri penyakit berkembang pesat, secara tidak langsung pemanasan global juga dapat menimbulkan kekeringan maupun banjir.
- Kekeringan mengakibatkan penurunan status gizi masyarakat karena panen yang terganggu, Banjir menyebabkan meluasnya penyakit diare serta Leptospirosis.
- Kebakaran hutan, dapat mengusik ekosistem bumi, menghasilkan gas-gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global. Sedangkan asap hitamnya menganggu secara langsung kehidupan manusia, Asap yang mengandung debu halus dan berbagai oksida karbon itu menyebabkan gangguan pernapasan dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), mulai asma, bronkhitis hingga penyakit paru obstruktif kronis (COPD). Asap tersebut juga membawa racun dioksin yang bisa menimbulkan kanker paru dan gangguan kehamilan serta kemandulan pada wanita.
- Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
- Dampak pemanasan global juga mempengaruhi penipisan ozone antara lain meningkatnya intensitas sinar ultra violet yang mencapai permukaan bumi menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, seperti kanker kulit, katarak, penurunan daya tahan tubuh, dan pertumbuhan mutasi genetik., memperburuk penyakit-penyakit umum Asma dan alergi Meningkatkan kasus-kasus kardiovaskular, kematian yang disebabkan penyakit jantung dan stroke serta gangguan jantung dan pembuluh darah
2. Pemanasan global juga menyebabkan musim
penyerbukan berlangsung lebih lama sehingga meningkatkan resiko munculnya
penyakit yang ditimbulkan oleh kutu di wilayah Eropa Utara. Peyakit lain yang
teridentifikasi adalah lyme, yang disebabkan oleh semacam bakteri di Amerika
Utara, Eropa, dan Asia. Gejalanya berupa sakit kepala, kejang, dan nyeri sendi.
Penyakit itu berpindah melalui gigitan sejenis kutu rusa yang yang telah
terinfeksi lyme. Bakteri yang sama juga benyek ditemukan pada tikus. Dampak
lain yang terasa adalah nyamuk-nyamuk semakin berkembang biak erutama di Afrika
dan Asia. Dua penyakit serius akibat gigitan nyamuk, yaitu malaria dan demam
berdarah dengue, sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Di Indonesia kita
sudah merasakannya langsung, yakni tingginya angka korban yang menderita demam
berdarah.
Pemanasan global mengakibatkan siklus
perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa
akan dipersingkat, sehingga jumlah populasi akan cepat sekali naik. Tentang keterkaitan pemanasan global dengan peningkatan
vektor demam berdarah ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Udara panas dan lembab itu paling cocok buat nyamuk malaria (Anopheles), dan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti). Dulu, jenis kedua nyamuk penebar maut ini lebih sering muncul di musim pancaroba, transisi antara musim hujan dan kemarau.
- Kini rentang waktu serangan kedua serangga itu hampir di sepanjang tahun. Udara panas dan lembab berlangsung sepanjang tahun, ditambah dengan sanitasi buruk yang selalu menyediakan genangan air bening untuk mereka bertelur. Maka, kini virus malaria yang dibawa Anopheles dan virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegypti dapat menyerang sewaktu-waktu secara ganas.
- Akibat pemanasan global, siklus inkubasi ekstrinsik virus penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) di tubuh nyamuk Aedes aegyti dan siklus inkubasi ekstrinsik virus penyebab Malaria di tubuh nyamuk Anopheles menjadi lebih pendek dan Masa inkubasi kuman lebih singkat. Populasi mereka lebih mudah meledak. Akibatnya, kasus demam berdarah lebih mudah meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
- Karena itu, upaya pencegahan penyakit harus dilakukan secara menyeluruh. Tidak hanya menangani penyakitnya saja, tetapi "Faktor lingkungan fisik dan biologis harus pula dikendalikan dengan cara memodifikasi lingkungan agar vektor malaria dan demam berdarah tak bisa berkembang biak,“
3. WHO juga
menyebutkan ancaman lain dari meningkatnya suhu rata-rata global, yakni
penyakit yang menyerang saluran pernapasan. "Gelombang panas menyebabkan
jumlah materi dan debu di udara meningkat," kata Bettina Menne, anggota WHO
divisi Eropa. Suhu udara yang semakin hangat juga membawa penyakit alergi.
Kenaikan permukaan air laut akan mengakibatkan banjir dan erosi, terutama di
kawasan pesisir, dan mencemari sumber-sumber air bersih. Akibatnya adalah wabah
kolera dan malaria di negara miskin. Wilayah di Asia selatan, terutama
Bangladesh disebut sebagai wilayah yang paling rawan karena berada di dataran
rendah dan sering mengalami banjir. Mencairnya puncak es Himalaya, luasnya
daerah gurun pasir dan wilayah pesisir pantai yang tercemar merupakan sarana
penularan penyakit, hal ini juga menyebabkan angka kekurangan gizi pada
anak-anak. (Article source : Reuters).
4. Ada 35
jenis penyakit infeksi baru yang timbul akibat perubahan iklim, diantaranya
ebola, flu burung, dll penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia.
Penyakit yang paling rentan terjadi di Indonesia, menurut adalah penyakit
degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat dengan cepat berkembang pada
masyarakat yang kondisi gizi kurang baik dan kondisi kesehatan lingkungan yang
kurang memadai. (Dr. Wan Alkadri, Msc.)
Beberapa informasi diatas diharapkan dapat
menjadi pembelajaran kita bersama.Minimal kita mengetahui kondisi sebenarnya
dari bumi yang kita tampati ini. Kita dapat memulai beberapa kegiatan kecil
untuk menyelamatkan bumi. Dengan masalah utama pada penggunaan bebeapa bahan
bakar yang dapat menyebabkan atau sebagai pencetus efek rumah kasa, maka
kegiatan kecil kita dapat kita mulai dari sini.
Referensi : Agoes, Ridad., 1998, Pemanasan Global dan Antisipasi Dampaknya
Pada Perubahan Pola Sebar Penyakit Menular., Manusia, Kesehatan dan Lingkungan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusngga jadi ng baca isinya tapi malah liatin background.a :P
BalasHapus